Minggu, 08 Oktober 2017

"Orientasi Dari Zona Nyaman"

Saya adalah salah satu orang yang memiliki hobby musik. Bagi saya musik adalah bagian dari keindahan yang tercipta melalui ungkapan atau bahasa  yang berwujud sebuah bunyi. Keindahan musik ini bisa membuat kita nyaman, tenang maupun senang. Akhir-akhir ini, salah satu lagu dari band lokal indonesia cukup trend di kalangan remaja yang berjudul “ZONA NYAMAN”.


“Keluarlah dari zona nyaman..” begitulah penggalan syair dari lagunya... timbul pertanyaan dari benak saya... apakah arti “zona nyaman” yang dimaksud...???? haruskah kita keluar dari “zona nyaman”...????. hobby bermusik membuat saya tenang, namun risih ketika membaca atau memahami kalimat “ini” seakan disuruh untuk berhenti dari hobby saya.

Saya tidak sedang mengkritik atau berpikir negatif pada syair dari lagu ini. Namun saya hanya tidak sepaham dengan siapa yang membuat sebuah ibarat atau sajak atau bisa dikatakan kalimat bijak ini...??? notabenenya setiap orang mencari sebuah kenyamanan atau ia akan melakukan sesuatu yang membuat dia merasa nyaman. Mungkin sekedar meluruskan atau mengingatkan. Beda orang, beda pemahaman. Jika gagal paham terhadap kalimat ini bisa terjebak dalam kelalaian, kesombongan, dan tidak mau bersyukur. Bahkan bisa timbul rasa iri dan dengki.

Harus diakui ada yang menganggap beribadah itu “zona nyaman”. sholat, mengaji, sedekah, berdakwah dan ibadah lainnya. Apakah harus keluar dari “zona nyaman” ini..????

Ada yang menganggap “zona nyaman” ini sebuah antonim. Tantangan,situasi ketika diri merasa resah atau sedih , tempat dimana ketika merasakan tekanan. Apakah harus keluar dari “zona nyaman” ini...??? kiranya ketika berada atau berhadapan dengan situasi ini haruslah diselesaikan atau dijalani. Orang yang dewasa atau orang yang kuat tumbuh besar dari tempat atau situasi seperti ini.

Entah asumsinya “zona nyaman” itu adalah suatu tempat, strata, aktivitas atau situasi. Allah menempatkan setiap orang berada pada “titik nol” nya sendiri. Tentunya “titik nol” masing-masing orang itu berbeda. Agar supaya bisa belajar. Dari nol menjadi yang bernilai.

Mungkin lebih tepat nya ialah “orientasi dari zona nyaman” atau “berorientasilah dari zona nyaman” bukan “keluarlah dari zona nyaman”

Karena apapun itu, Islam mengajarkan untuk bersyukur pada apa yang kita miliki. yang kelirunya jika kita tidak berorientasi dan berkembang. Yang kelirunya tidak peduli dengan orang lain, sibuk dan asyik sendiri berada di “zona nyaman” yang dimiliki. Apa lagi bahagia pada “zona nyaman” yang dimiliki,  tanpa berbagi kebahagiaan itu dengan orang lain.


Maka berorientasilah...!!!! berorientasi itu upaya tidak suudzhon kepada Allah Swt. Dengan berorientasi  di mana pun kita berada, kita bisa belajar. Dan  dari “zona nyaman” yang kita miliki, kita bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain

Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.


*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis 

2 komentar:

  1. Tulisan yang sangat menarik. Saya sendiri sepaham dengan Kang Agus, namun saya sependapat juga dengan istilah dengan "keluar dari zona nyaman". Dalam artian untuk kemajuan pribadi. Karena biasanya orang yang sudah nyaman dengan apa yang dia dapat, tak mungkin mengalami kemajuan karena sudah tidak ada ikhtiar lagi untuk menimpa kemampuan diri.
    Bagaimana untuk berkembang jika sudah merasa cukup?
    Beda pemahaman, semoga tidak menjadikan perselisihan karena beda merupakan kekayaan dan keberagaman. Menurut apa yang saya peroleh dari guru saya, makna syukur,- berasal dari kata syakara, yaitu membuka, terbuka, dan dibuka. Lawan kata dari kufur, yaitu tertutup.
    Makanya "keluar dari zona nyaman" menurut artian diatas juga ibadah bukan?
    Salam!

    BalasHapus
  2. Iyaaa.. terima kasih.. senang bisa berbagi pemahaman.. 😊😊😊😊🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus