Minggu, 29 Maret 2020

#DirumahAja


Apa yang sudah kamu lakukan hari ini kawan? atau apa yang sedang kamu pikirkan dan rasakan saat ini?  Kata kang Fiersa Besari, “segala sesuatu yang pelik, bisa diringankan dengan peluk.” Ya, aku setuju. Tapi Mungkin itu hanya berlaku untuk sebagian kecil dari sekian banyak pelikmu kawan. Dan itu hanya sekadar meringankan. Jika kamu sedang tidak baik-baik saja, ingatlah arah kiblatmu, ada yang Maha Petunjuk. Ya, semoga kita semua akan baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.

Berawal dari wuhan, kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk negara Indonesia. Hingga menyebar ke Kota Palu, ialah kotaku. Virus Covid-19, Virus yang menyebabkan infeksi pernafasan, dengan gejala flu hingga bisa berujung kematian. Penularan virus ini melalui sebuah interaksi.  World Health Organization (WHO) menetapkan virus ini sebagai pandemi.  Untuk mencegah penyebarannya sebagian negara melakukan sistem ‘Lock Down’ yaitu situasi yang melarang warga untuk masuk ke suatu tempat karena kondisi darurat. Atau juga bisa berarti negara yang menutup perbatasannya, agar tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya. dan juga sistem ‘Social Distancing'. yaitu mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain, mengurangi kontak tatap muka langsung.

Palu, Sabtu (28/03/2020). Diinformasikan bahwa kasus positif virus Covid-19 bertambah menjadi 2 orang. Negara dan kotaku memberlakukan sistem ‘Social Distancing’. Artinya kita perlu jaga jarak, bersalaman untuk sementara ditiadakan, untuk sementara tidak melakukan aktivitas yang berlebihan di luar rumah, bahkan untuk sholat berjamaah di mesjid sementara ini dianjurkan untuk ditiadakan. Budaya menjaga silahturahmi dan kebersamaan yang tiba-tiba ditiadakan begitu memilukan bagi kotaku. Tapi apalah daya, itulah langkah untuk kebaikan kita bersama. Kita menjadi serba salah, khawatir yang berlebihan bisa menjadi panik, kurangnya kewaspadaan bisa menjadi lengah.

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari pandemi ini. Hari ini kita sama-sama belajar untuk diam. Berjuang untuk keselamatan bersama, berjuang untuk saling menjaga, walaupun Tuhan tahu bahwa kita adalah makhluk yang sulit untuk diam dan sulit untuk menjaga. Hari ini harus kita akui bahwa tindakan lebih diutamakan daripada sekadar berkata-kata.

Hari ini kita tidak sedang liburan. Mungkin ini adalah salah satu cara tuhan untuk mengingatkan kita bahwa dunia sementara sakit. Perselisihan, ketidakadilan dan bencana alam telah terjadi dimana-mana. Atau mungkin saja Tuhan mengingatkan kita bahwa kita sedang mengidap penyakit hati. kepedulian hanya sekadar di dunia maya, terlalu apatis dan terlalu mengejar dunia. Kita memang perlu belajar untuk isolasi mandiri. Maksudnya bahwa perlu evaluasi diri, membenahi diri, mengawasi diri sendiri untuk menjaga perilaku dan perkataan untuk tidak menyakiti orang lain.

Mungkin kita juga harus belajar untuk 'social media distancing'. Seperti pengakuan Pak Bima Arya wali kota Bogor yang positif terinfeksi virus Covid-19, “Virus ini menyerang hati dan jiwa sebelum pernapasan dan paru-paru. Gua merasa baikan setelah ‘social media distancing’ hari kedua di RS. Sosmed itu ICU Raksasa. Runtuh mental semua orang kalau digempur berita Covid-19. Drop imunitas,”

Kita memang perlu memiliki pengetahuan yang cukup agar kita tahu apa yang harus kita lakukan. Namun untuk imun yang kuat kita perlu mental yang kuat, hal ini menuntut kita untuk berpikir posisitif. Mengkonsumsi berita yang cukup dibutuhkan kebijakan dan perilaku yang dewasa dalam menggunakan sosial media.     

Semoga pandemi ini tidak berlangsung lama. Memutuskan rantai penyebaran virus mematikan ini sangat perlu kita lakukan, namun tidak dengan memutuskan virus-virus kebaikan. Terus berbuat amal kebaikan, menerapkan pola hidup sehat dan melakukan aktivitas yang bermanfaat. Kita semua perlu terjaga dan kita semua perlu pulih.

Umar pernah berkata “Ajaklah seseorang kapada islam tanpa melalui kata-kata.” Lalu mereka bertanya, “Bagaimanakah caranya..?” kemudian beliau menjawab, “Dengan Akhlakmu.”

Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.


*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis