Jumat, 21 Juli 2017

"Ta'aruf = Pacaran"

Mungkin teman-teman pembaca akan mengira bahwa ini pemahaman aliran kiri. Menganggap saya keliru memahami agama, masih perlu belajar agama, memiliki pemahaman yang dangkal dan terlebih lagi ada yang sudah mendoakan saya agar mendapatkan hidayah.

 Selama masih didoakan dengan tujuan yang baik-baik saya mengucapkan terima kasih dan meng “aamiin” kannya....

sumber : www.viva.co.id

Berpikirlah dan bertindaklah positif, maka alam pun akan merespon positif terhadap apa yang kita telah pikirkan dan lakukan.

Saya hanya bermaksud berbagi pemahaman. Saya hanya ingin mengajak semuanya berpikir positif dan  tidak berpikir berlebihan.

Menurut pemikiran dangkal saya bahwa Ta’aruf = Pacaran.. Why...??? karena sama halnya ketika kita mengatakan “Assalamualaikum Akhi” = “Assalamualaikum Bro” atau ketika mengatakan Jaza-Kallah Khairan Katsiiraa” = “Thanks very much brother

Maksud saya begini... Saya hanya berpikir bahwa kenapa ketika kita mendengar atau mengucapkan kata “Akhi = Bro” kita sama-sama memahaminya dan sepaham bahwa artinya saudara laki-laki... “Jaza-Kallah Khairan Katsiiraa” = “Thanks very much brother” sama-sama kita pahami bahwa artinya adalah ucapan terima kasih kepada saudara laki-laki.

Dari sini pemahaman perlu konsisten dan perlu memahami substansinya....

Bahkan “Sholat = Sembahyang” sama-sama kita pahami menyembah Allah Swt. Kata “Sembahyang” walau diucapkan oleh seorang muslim kita pahami menyembah Allah Swt. Padahal kata “sembahyang” maksudnya bisa sembahyang di gereja untuk umat kristiani, bisa sembahyang di pura untuk umat hindu, dan untuk umat lainnya.

Namun sebaliknya bahwa ketika berbicara Ta’aruf = Pacaran walaupun diucapkan oleh seorang muslim,  pemahaman terbagi menjadi pro dan kontra... terlintas bisa dikatakan bahwa pemikiran kontra inilah yang mungkin negatif atau berpikir berlebihan terhadap arti pacaran... Apakah hanya karena berbeda bahasa atau kata semuanya dinilai negatif...?? 

Secara nyata, benar bahwa perilaku pacaran atau implementasi pacaran sangat jauh berbeda dengan Ta’aruf... Namun apakah ini yang menjadi penilaian substansi yang benar..?? 

Yang keliru ialah mereka yang membiarkan hawa nafsu mereka menguasai diri mereka... yang keliru ialah mereka dan kita yang masih bersifat “Apatis”... kenapa mereka dibiarkan berdua-duaan...??? yang keliru ialah mereka yang tidak mengetahui “Cara”nya...  keliru melakukannya sehingga bisa menyimpang. Tidak bisa memfilter budaya yang tidak baik dan akhirnya menjadi budaya yang negatif.

Teori afirmasi dalam ilmu Psikologis merupakan kekuatan berpikir positif. Dr. Ibrahim Elfilky mengatakan bahwa “Kenyataan hanyalah persepsi anda. Jika anda ingin mengubah kenyataan hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi anda”.

Sebelum memperbaiki caranya kita harus memperbaiki persepsi kita...

Nah, persepsi inilah yang seharusnya kita perbaiki, agar kenyataan bahwa mereka yang salah bertindak dalam mengatasnamakan cinta, memahami batasan dan aturannya. Bila dua orang saling mencintai ingin saling mengenal (Ta’aruf = Pacaran) tidak boleh mengikuti budaya barat yang caranya berdua-duaan, berpegang-pegangan tangan, dan berciuman. Dalam islam jelas bahwa dalam berpandangan pun harus terjaga.

Tegasnya... yang saya ketahui dan percaya bahwa islam mengajarkan substansi yang baik, niat yang baik, ucapan-ucapan dan cara-cara yang baik.  Maka seorang muslim mengetahui apa yang harus dia ucapkan dan apa yang harus dia lakukan. Seperti halnya “BERPIKIR POSITIF” dan “TIDAK BERLEBIHAN”.

Semoga maksud yang saya sampaikan dalam tulisan ini tidak membuat teman-teman pembaca gagal paham...


Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah. 

*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar