Mungkin
teman-teman pembaca akan mengira bahwa ini pemahaman aliran kiri. Menganggap
saya keliru memahami agama, masih perlu belajar agama, memiliki pemahaman yang
dangkal dan terlebih lagi ada yang sudah mendoakan saya agar mendapatkan
hidayah.
Selama masih didoakan dengan tujuan yang
baik-baik saya mengucapkan terima kasih dan meng “aamiin” kannya....
sumber : www.viva.co.id
Berpikirlah
dan bertindaklah positif, maka alam pun akan merespon positif terhadap apa yang
kita telah pikirkan dan lakukan.
Saya
hanya bermaksud berbagi pemahaman. Saya hanya ingin mengajak semuanya berpikir
positif dan tidak berpikir berlebihan.
Menurut
pemikiran dangkal saya bahwa Ta’aruf =
Pacaran.. Why...??? karena sama halnya ketika kita mengatakan “Assalamualaikum Akhi” = “Assalamualaikum Bro” atau ketika
mengatakan “Jaza-Kallah
Khairan Katsiiraa” = “Thanks very much brother”
Maksud
saya begini... Saya hanya berpikir bahwa kenapa ketika kita mendengar atau
mengucapkan kata “Akhi = Bro” kita sama-sama memahaminya dan sepaham bahwa
artinya saudara laki-laki... “Jaza-Kallah Khairan Katsiiraa” = “Thanks very
much brother” sama-sama kita pahami bahwa artinya adalah ucapan terima kasih
kepada saudara laki-laki.
Dari
sini pemahaman perlu konsisten dan perlu memahami substansinya....
Bahkan
“Sholat = Sembahyang” sama-sama kita pahami menyembah Allah Swt. Kata
“Sembahyang” walau diucapkan oleh seorang muslim kita pahami menyembah Allah
Swt. Padahal kata “sembahyang” maksudnya bisa sembahyang di gereja untuk umat
kristiani, bisa sembahyang di pura untuk umat hindu, dan untuk umat lainnya.
Namun
sebaliknya bahwa ketika berbicara Ta’aruf
= Pacaran walaupun diucapkan oleh seorang muslim, pemahaman terbagi menjadi pro dan kontra... terlintas
bisa dikatakan bahwa pemikiran kontra inilah yang mungkin negatif atau berpikir
berlebihan terhadap arti pacaran... Apakah hanya karena berbeda bahasa atau kata semuanya dinilai negatif...??
Secara
nyata, benar bahwa perilaku pacaran atau implementasi pacaran sangat jauh
berbeda dengan Ta’aruf... Namun apakah
ini yang menjadi penilaian substansi yang benar..??
Yang
keliru ialah mereka yang membiarkan hawa nafsu mereka menguasai diri mereka... yang
keliru ialah mereka dan kita yang masih bersifat “Apatis”... kenapa mereka
dibiarkan berdua-duaan...??? yang keliru ialah mereka yang tidak mengetahui “Cara”nya... keliru melakukannya sehingga bisa menyimpang.
Tidak bisa memfilter budaya yang tidak baik dan akhirnya menjadi budaya yang
negatif.
Teori
afirmasi dalam ilmu Psikologis merupakan kekuatan berpikir positif. Dr. Ibrahim
Elfilky mengatakan bahwa “Kenyataan hanyalah persepsi anda. Jika anda ingin
mengubah kenyataan hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi anda”.
Sebelum
memperbaiki caranya kita harus memperbaiki persepsi kita...
Nah,
persepsi inilah yang seharusnya kita perbaiki, agar kenyataan bahwa mereka yang
salah bertindak dalam mengatasnamakan cinta, memahami batasan dan aturannya.
Bila dua orang saling mencintai ingin saling mengenal (Ta’aruf = Pacaran) tidak boleh mengikuti budaya barat yang caranya
berdua-duaan, berpegang-pegangan tangan, dan berciuman. Dalam islam jelas bahwa
dalam berpandangan pun harus terjaga.
Tegasnya...
yang saya ketahui dan percaya bahwa islam mengajarkan substansi yang baik, niat
yang baik, ucapan-ucapan dan cara-cara yang baik. Maka seorang muslim mengetahui apa yang harus
dia ucapkan dan apa yang harus dia lakukan. Seperti halnya “BERPIKIR POSITIF” dan “TIDAK
BERLEBIHAN”.
Semoga
maksud yang saya sampaikan dalam tulisan ini tidak membuat teman-teman pembaca
gagal paham...
Marilah
kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi.
Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.
*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis
*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar