Melihat
banyak yang telah terjadi di lingkungan kita mungkin ada sesuatu yang
terlupakan oleh kebanyakan orang bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT
berbeda-beda. Ada laki-laki, ada perempuan, berbeda bangsa dan berbeda suku.
Peraturan
yang berlaku notabenenya untuk mengatur, mentertibkan, mencegah kekacauan,
mempersatukan suatu perbedaan sekarang layaknya dipandang sebagai pernyataan
dalam kuesioner yang jawabannya Sangat setuju,
Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju. Semuanya bisa
berpendapat, semuanya punya persepsi masing-masing bahkan ada yang tidak lagi
memandang hukum.
Hari
ini mungkin moral hukum menurun, esok hari nilai-nilai moral yang lain mungkin
saja ikut menurun. Mungkinkah nilai agama pun akan menurun...??? naudzubillah
minzalik...
“Alunan
lagu yang terdengar indah merupakan gabungan dari nada-nada yang berbeda”.
“Pelangi
yang terlihat indah merupakan gabungan dari warna-warna yang berbeda”
Bila
kita pun berbeda bukan berarti kita tak bisa bersama bukan...???
Berbagi
pemahaman, tanpa disadari kita masih tergolong “APATIS”
Saya
tidak bermaksud untuk mengatakan suatu golongan atau siapa yang termasuk apatis
karena saya pun masih termasuk apatis. Namun saya hanya ingin mengingatkan dan
mengajak untuk mencari solusi bersama-sama sebagai tanggungjawab kita untuk
mewujudkan keharmonisan yang hakiki.
Kenapa
kita masih termasuk “APATIS”...???
Apakah
kita benar-benar sudah saling “MENGENAL”...???
apakah kita benar-benar sudah saling “MEMAHAMI”...???
Di tulisan saya sebelumnya, saya mengatakan
bahwa menulis merupakan proses belajar, ialah belajar untuk mengungkapkan.... Belajar mengungkapkan,
berarti juga belajar untuk berkata jujur.
Berikutnya
yaitu “MEMAHAMI”. Karena “menulis”, kita bisa belajar untuk
memahami. Ketika
mengungkapnya di atas sebuah kertas seketika seseorang atau kejadian yang akan
diungkapkan berusaha untuk dijiwai, dihayati dan dirasakan sebab dan akibatnya.
Dan
selanjutnya bahwa ketika proses memahami terjadi, dapat disadari bahwa ternyata
hidup ini bukan hanya sebatas proses adanya sebab dan akibat melainkan juga
proses adanya; dari, oleh, dan untuk. Karena menulis bukan persoalan bercerita
tentang objek melainkan juga bercerita tentang subjek.
“Memahami
Substansi yang bukan hanya memandang formalitas”
Dalam
kehidupan sehari-hari memahami mampu membuat dirimu tersenyum di kala seseorang temanmu
marah karena kesalahpahaman. Mampu membuatmu tersenyum di kala kamu mengetahui bahwa
temanmu sedang membohongimu.
Kasus
pencurian karena kelaparan di zaman khalifah Umar Bin Khatab itu bukan hanya
sekali, melainkan berkali-kali. Suatu ketika, ada orang kaya sampai berkali-kali
datang untuk melaporkan pencurian yang terjadi di sekitarnya, beliau malah
mengancam orang itu yang akan dihukum. Karena sesungguhnya, dialah yang
menyebabkan orang-orang itu terpaksa mencuri...
Mungkin
bukanlah sebuah solusi dalam setiap perkara, namun saya yakin bahwa memahami
merupakan cara untuk bisa mencegah sebuah perkara. Alangkah indahnya jika kita
bisa saling memahami. J
Apa
iya “INI” tentang “PERBEDAAN”...??? namun sudah jauh
berbicara tentang perbedaan, bagaimana seandainya memang kita ternyata masih
tetap saja tergolong yang “SAMA”...???
Dan
semoga kita tergolong orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang bertaqwa
itu “MEMAHAMI”
Marilah
kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi.
Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.
*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kehilafan berasal dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar