Jumat, 07 Juli 2017

"Major dan Minor"

Melihat banyak yang telah terjadi di lingkungan kita mungkin ada sesuatu yang terlupakan oleh kebanyakan orang bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT berbeda-beda. Ada laki-laki, ada perempuan, berbeda bangsa dan berbeda suku.

Peraturan yang berlaku notabenenya untuk mengatur, mentertibkan, mencegah kekacauan, mempersatukan suatu perbedaan sekarang layaknya dipandang sebagai pernyataan dalam kuesioner yang jawabannya Sangat setuju,  Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju. Semuanya bisa berpendapat, semuanya punya persepsi masing-masing bahkan ada yang tidak lagi memandang hukum.

Hari ini mungkin moral hukum menurun, esok hari nilai-nilai moral yang lain mungkin saja ikut menurun. Mungkinkah nilai agama pun akan menurun...??? naudzubillah minzalik...

“Alunan lagu yang terdengar indah merupakan gabungan dari nada-nada yang berbeda”.
“Pelangi yang terlihat indah merupakan gabungan dari warna-warna yang berbeda”

Bila kita pun berbeda bukan berarti kita tak bisa bersama bukan...???

Berbagi pemahaman, tanpa disadari kita masih tergolong “APATIS”

Saya tidak bermaksud untuk mengatakan suatu golongan atau siapa yang termasuk apatis karena saya pun masih termasuk apatis. Namun saya hanya ingin mengingatkan dan mengajak untuk mencari solusi bersama-sama sebagai tanggungjawab kita untuk mewujudkan keharmonisan yang hakiki.


Kenapa kita masih termasuk “APATIS”...??? 
   
Apakah kita benar-benar sudah saling “MENGENAL”...??? apakah kita benar-benar sudah saling “MEMAHAMI”...???

 Di tulisan saya sebelumnya, saya mengatakan bahwa menulis merupakan proses belajar, ialah belajar untuk mengungkapkan.... Belajar mengungkapkan, berarti juga belajar untuk berkata jujur.

Berikutnya yaitu “MEMAHAMI”. Karena menulis, kita bisa belajar untuk memahami. Ketika mengungkapnya di atas sebuah kertas seketika seseorang atau kejadian yang akan diungkapkan berusaha untuk dijiwai, dihayati dan dirasakan sebab dan akibatnya.

Dan selanjutnya bahwa ketika proses memahami terjadi, dapat disadari bahwa ternyata hidup ini bukan hanya sebatas proses adanya sebab dan akibat melainkan juga proses adanya; dari, oleh, dan untuk. Karena menulis bukan persoalan bercerita tentang objek melainkan juga bercerita tentang subjek. 

“Memahami Substansi yang bukan hanya memandang formalitas”

Dalam kehidupan sehari-hari memahami mampu membuat dirimu tersenyum di kala seseorang temanmu marah karena kesalahpahaman. Mampu membuatmu tersenyum di kala kamu mengetahui bahwa temanmu sedang membohongimu. 

Kasus pencurian karena kelaparan di zaman khalifah Umar Bin Khatab itu bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali. Suatu ketika, ada orang kaya sampai berkali-kali datang untuk melaporkan pencurian yang terjadi di sekitarnya, beliau malah mengancam orang itu yang akan dihukum. Karena sesungguhnya, dialah yang menyebabkan orang-orang itu terpaksa mencuri...

Mungkin bukanlah sebuah solusi dalam setiap perkara, namun saya yakin bahwa memahami merupakan cara untuk bisa mencegah sebuah perkara. Alangkah indahnya jika kita bisa saling memahami. J

Apa iya “INI” tentang “PERBEDAAN”...??? namun sudah jauh berbicara tentang perbedaan, bagaimana seandainya memang kita ternyata masih tetap saja tergolong yang  “SAMA”...???

Dan semoga kita tergolong orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang bertaqwa itu “MEMAHAMI”


Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah. 


*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kehilafan berasal dari penulis 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar