Senin, 15 Oktober 2018

Kotaku "Nomoni"


Sudah 2 pekan lebih berlalu ketika kotaku “Nomoni”.  Apa itu Nomoni..?? Nomoni merupakan kata yang berasal dari bahasa kaili yang artinya Berbunyi/Bergema. Kotaku “Nomoni” dengan gema yang tak disangka,  Ya.. tidak ada yang akan menyangka, merupakan kehendak yang Maha Kuasa “Nomoni” itu menjadi ingatan yang tak akan terlupakan dengan gemuruh bumi yang berguncang.

Sumber : insta-stalker.com

Jumat 28 September 2018, di lembah kaili terdengarlah “Nomoni” seperti suara Gimba, Kakula dan Lalove yang dimainkan. Nadanya begitu sumbang, “Nomoni” nya berupa bencana, tiga bencana geologis sekaligus mengurung Kotaku : Gempa, Tsunami dan likuifaksi. Kotaku bergema dengan jeritan, hiruk pikuk, dan tangisan.   Kotaku dilanda duka yang begitu menyedihkan, begitu perih, banyak yang kehilangan keluarga, teman dan sanak saudaranya.

Tidak diduga bencana ini seketika mengakibatkan kerusakan listrik, kurangnya pasokan BBM dan kurangnya air bersih. Seringkali kita melihat bencana di luar sana, tangisan, jeritan, trauma dan kesusahan, namun kali ini kotaku yang mengalaminya. Sungguh Allah itu Maha Adil, memberikan cobaan agar kita saling peduli, agar kita lebih bersyukur, lebih sabar, agar iman kita dan pengendalian diri kita lebih kuat. Sangat miris ketika Allah memberikan cobaan namun kita mengeluh, menjarah, saling bertikai, apalagi masih sempat mencuri,  kotaku begitu memilukan.

Pascabencana, banyak yang mengutarakan kekecewaannya bahwa penyebab dari bencana ini bersumber dari ritual balia yang diadakan dalam “Festival Palu Nomoni”. Ritual ini merupakan ritual adat kaili yang sudah lama hilang, dilakukan untuk penyembuhan yang prosesnya memanggil arwah sebagai panutannya. Banyak yang protes bahkan sampai mengatai “walikota pemuja syeitan”.  Terlebih lagi ada yang mengatakan bencana ini dimanfaatkan para elit sebagai alat politik. Lalu begitu banyak warga yang mengungsi ke luar palu untuk mengamankan diri atau mungkin saja, mereka pergi selama-lamanya meninggalkan palu dan berencana untuk tidak kembali.

Apakah ada yang salah dari kotaku...??? Tidak..!!! jika ada yang perlu disalahkan adalah diri kita sendiri, jika ada yang perlu dibenah adalah diri kita sendiri, jika ada yang perlu dievaluasi adalah diri kita sendiri, Tak perlu saling menyalahkan.

Namun apa iya..??? seandainya jika tidak terjadi bencana di senja itu, kemudian “festival Palu Nomoni” membuming, apakah semuanya bangga pada budaya palu..??? tidak sedikitpun cibirian tentang Ritual Balia..?? kiranya pasti banyak yang bangga atas kotaku. Terlebih lagi media sosial ramai dengan #PaluNomoni2018

Ohh ternyata tidak..!!! Dalam pandangan islam, ritual ini merupakan perbuatan Syirik. Bagaiamana tidak dianggap syirik,,??? Kotaku mayoritas islam, dalam islam suatu penyakit dapat dinyatakan sembuh atas izin dari Allah SWT. Syirik merupakan perbuatan yang paling dibenci oleh Allah SWT. Karena orang yang berbuat syirik berarti mensejajarkan Allah dengan yang lain. Entah bencana ini merupakan cobaan, peringatan atau hukuman dari Allah SWT.

Secara geologis, bencana ini disebabkan pergeseran lempengan berkaitan dengan patahan atau sesar palu koro. Namun pada hakikatnya manusia diciptakan sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, ketika bencana terjadi dapat dikaitkan bahwa penyebabnya yakni karena azab dari Allah akibat dari dosa yang dilakukan.

Dari Abu Hurairah ra berkata; Rasulullah saw. Bersabda

Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, belajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasik menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).”(HR. Tirmidzi)

Budaya memang perlu dilestarikan, Selama budaya itu tidak menyimpang dari agama. Namun jika sebaliknya maka tinggalkan dan lupakan budaya itu, karena budaya itu hanyalah hasil akal manusia. Banyak harapan dari apa yang telah terjadi, kita begitu menyedihkan, kotaku perlu bangkit, mereka sangat peduli dengan kita. Lalu..?? Bagaimana dengan kita sendiri,,??? sudah saatnya kita membenah diri, Sudah saatnya kita “Nomoni”kan kota palu yang kita cintai  dengan baca quran, dengan zikir, maupun Sholawat. Saya pun salah satu orang yang memiliki hobby musik, namun sangat tidak setuju jika kita hanya sibuk dengan mengutamakan musik-musik dunia. Tidak dengan kemaksiatan, tidak dengan kesesatan, apalagi dengan kesyirikan.



Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.


*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis 

Senin, 12 Maret 2018

"The Mirror"


Semua yang hidup akan tumbuh, yang tumbuh akan mengalami proses dan setiap proses akan mempunyai hasil. Mereka yang menjalani pola hidup “sehat” hasilnya akan jarang terkena “penyakit”. Mereka yang menjalani pola hidup “hemat” hasilnya akan jarang mengalami “kekurangan”. 

Sumber : wahdah.or.id

Allah itu maha adil, memberikan kesempatan kepada kita untuk belajar. Allah memberikan pola kehidupan dengan sebuah proses. Mereka yang memiliki tujuan, cita-cita dan harapan harus mengalami proses. Dalam proses inilah kita diberikan otoritas untuk menjadi apa yang kita inginkan. Mereka yang ingin jarang terkena “penyakit” maka jalanilah pola hidup “sehat” dengan penuh kesabaran. mereka yang tak ingin mengalami “kekurangan” maka jalanilah pola hidup “hemat” dengan penuh rasa syukur.

Apakah kamu percaya dengan keajaiban...?? dan apakah kamu selalu bergantung pada keajaiban...?? keajaiban pun terjadi karena ada usaha. Al-Quran pun turun secara berangsur-angsur, bayangkan pedoman hidup kita turunnya terjadi dalam sebuah proses yang begitu panjang. Maka jika hari ini kamu sedang merasakan sebuah kesulitan ataupun kemudahan percayalah itulah sebuah proses, dimana kamu sekarang sedang menjalani sebuah tahapan, yang esok hari bergantung pada apa yang kamu lakukan hari ini.

Tentunya setiap proses dan hasil juga bergantung pada-Nya. Artinya bahwa setiap peristiwa di alam semesta ini bergantung apa yang dikehendaki-Nya Karena Dia lah yang Maha Pencipta yang menciptakan segala ruang, segala proses, dan segala hasil.
Lalu..??? jika benar segala ruang, segala proses, segala hasil ialah segala sesuatu diciptakan oleh-Nya, masikah perlu adanya tujuan, cita-cita dan harapan bahkan sebuah usaha...???

Yaa..!!! karena apapun yang kita lakukan diizinkan oleh Allah SWT. Namun belum tentu diridhoi oleh-Nya. Maka milikilah tujuan, cita-cita dan harapan yang baik bahkan berusahalah dengan cara yang baik maka insya allah semuanya akan memiliki hasil yang baik. Ya... semuanya berawal dan tergantung dari niat, Allah sungguh maha mengetahui, mengetahui setiap niat hambanya. Mereka yang berniat baik akan mendapatkan hasil yang baik.

Pernahkah terjadi pada diri kita bahwa usaha yang telah kita lakukan hasilnya sia-sia...??? ketahuilah bahwa semuanya tidak ada yang sia-sia. Ketika kamu merasa apa yang dilakukan semuanya sia-sia itu tandanya kamu tak sabar. Allah maha pencipta, maha perancang, maha merencanakan, maha pemurah, maha pengasih, maha penguji, bahwa ketika apa yang  kamu lakukan, maka hasilnya sesuai proses apa yang dilakukan. Ketahuilah tahap pembelajaran kita begitu panjang, Allah memberikan siklus pembelajaran dari mengenal, mengetahui, memahami dan mengamalkannya. Lalu di uji hingga mendapatkan pengalaman, kembali lagi mengenal, mengetahui, memahami dan mengamalkannya untuk mendapatkan sebuah perubahan.

Maka berkhusnudzonlah kepada Allah SWT, Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Siapa yang menanam akan menuai dan Siapa yang sabar akan beruntung.

Marilah kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.


*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis