Dalam
ilmu akuntansi, ketika auditor memberikan opini terhadap laporan keuangan,
tidak berstandarisasi atau berorientasi pada nilai substansi “BENAR” atau “SALAH” melainkan “WAJAR”
atau “TIDAK WAJAR”. Ini menunjukkan bahwa nilai substansi dalam
ilmu akuntansi berorientasi bukan hanya pada hasil melainkan juga pada proses.
Nah,
ilmu akuntansi mengingatkan bahwa kebenaran mutlak semata-mata hanyalah milik
Allah Swt.
Berbagi
pemahaman, Jika benar kita sama-sama sepaham bahwa kebenaran mutlak itu
semata-mata hanyalah milik Allah Swt. Benar atau salah tidak langsung menjadi
substansi standarisasi atau orientasi pada proses yang kita lakukan, melainkan
masih pada wajar atau tidak wajar.
Sumber : Pixabay.com
Ketika
berbeda apa yang kita pahami dan apa yang kita alami dengan orang lain, WAJAR
kah kita berbeda pendapat...???
atau ketika kita belum paham dan belum
mengalami, sementara orang lain sudah cukup dalam memahami dan jauh mengalami,
WAJAR kah kita membangkang...???
Atau sebaliknya kita sudah cukup dalam
memahami dan jauh mengalami daripada orang lain, WAJAR kah kita untuk
angkuh...????
Ketika Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam telah mencontohkan bagaimana cara
menasehati dan berdakwah yang baik, lalu WAJAR kah kita menjatuhkan, menzholimi, bahkan melakukan
kekerasan dalam berdakwah..???
Lalu
jika kita berdakwah dengan santun, sebaliknya kita yang terzholimi. WAJAR kah
kita untuk melawan...??? atau ketika kita tidak menyadari bahwa apa yang kita
lakukan adalah kekerasan atau sesuatu yang menjatuhkan dalam berdakwah, WAJAR
kah kita terzholimi..???
Ketika
Baginda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah
menganjurkan untuk menjauhi perdebatan,,, WAJAR kah kita masih saja berdebat
untuk perkara yang tidak penting...???
Ketika
dalam suatu negara rakyatnya merasakan kesengsaraan sementara nyatanya negara memiliki kekayaan yang banyak,
WAJAR kah rakyatnya mengeluh...???
atau
ketika dalam suatu negara penguasa-penguasa tidak berlaku adil, serakah,
menzholimi, WAJAR kah rakyatnya meminta keadilan..???
sebaliknya,,,
ketika penguasa-penguasa sudah maksimal untuk mengurus rakyatnya, sudah cukup
berusaha membangun negara, WAJAR kah jika rakyatnya masih juga mengeluh..???
Perselisihan,
perpecahan dan penyimpangan menggambarkan adanya ketidakwajaran dari apa yang
terjadi. Dari siapa yang cukup lebih mengetahui malah merendahkan dan
memanfaatkan, yang kurang cukup mengetahui malah membangkang, yang merasa sudah
beriman malah mencaci bahkan ada yang riya. Semua mulai saling menyalahkan dan
mulai merasa paling benar.
Padahal
masih ada yang Maha Besar, Maha Agung, Maha Esa, Maha Mengetahui, Maha
Mengadili, Maha Segala-galanya.....
Dari
sedikit perkara umum yang saya sampaikan,, apakah memang kita harus
berorientasi langsung pada “BENAR atau SALAH” dalam proses apa yang kita lakukan...??? atau WAJAR kah kita berorientasi pada “BENAR
atau SALAH” dalam proses apa yang kita lakukan..???
Semoga
kita masih menjunjung pada MUSYAWARAH dan MUFAKAT bukan PERDEBATAN atau
KEKERASAN dalam mengambil cara untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan
kita bersama. Dan konsisten pada tujuan dan apa yang sudah disepakati bersama.
Marilah
kita saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi.
Dan marilah kita bersama-sama bermuhasabah.
*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis. Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan berasal dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar