Apa yang sudah kamu
lakukan hari ini kawan? atau apa yang sedang kamu pikirkan dan rasakan saat ini?
Kata kang Fiersa Besari, “segala sesuatu
yang pelik, bisa diringankan dengan peluk.” Ya, aku setuju. Tapi Mungkin itu
hanya berlaku untuk sebagian kecil dari sekian banyak pelikmu kawan. Dan itu
hanya sekadar meringankan. Jika kamu sedang tidak baik-baik saja, ingatlah arah
kiblatmu, ada yang Maha Petunjuk. Ya, semoga kita semua akan baik-baik saja dan
selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Foto : www.unpad.ac.id/covid-19
Berawal dari
wuhan, kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk negara Indonesia. Hingga
menyebar ke Kota Palu, ialah kotaku. Virus Covid-19, Virus yang menyebabkan
infeksi pernafasan, dengan gejala flu hingga bisa berujung kematian. Penularan
virus ini melalui sebuah interaksi. World Health Organization (WHO) menetapkan
virus ini sebagai pandemi. Untuk
mencegah penyebarannya sebagian negara melakukan sistem ‘Lock Down’ yaitu situasi yang melarang warga untuk masuk ke suatu
tempat karena kondisi darurat. Atau juga bisa berarti negara yang menutup
perbatasannya, agar tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya. dan
juga sistem ‘Social Distancing'. yaitu
mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain,
mengurangi kontak tatap muka langsung.
Palu, Sabtu (28/03/2020).
Diinformasikan bahwa kasus positif virus Covid-19 bertambah menjadi 2 orang. Negara
dan kotaku memberlakukan sistem ‘Social
Distancing’. Artinya kita perlu jaga jarak, bersalaman untuk sementara
ditiadakan, untuk sementara tidak melakukan aktivitas yang berlebihan di luar
rumah, bahkan untuk sholat berjamaah di mesjid sementara ini dianjurkan untuk
ditiadakan. Budaya menjaga silahturahmi dan kebersamaan yang tiba-tiba
ditiadakan begitu memilukan bagi kotaku. Tapi apalah daya, itulah langkah untuk
kebaikan kita bersama. Kita menjadi serba salah, khawatir yang berlebihan bisa
menjadi panik, kurangnya kewaspadaan bisa menjadi lengah.
Banyak hikmah
yang dapat kita petik dari pandemi ini. Hari ini kita sama-sama belajar untuk
diam. Berjuang untuk keselamatan bersama, berjuang untuk saling menjaga,
walaupun Tuhan tahu bahwa kita adalah makhluk yang sulit untuk diam dan sulit
untuk menjaga. Hari ini harus kita akui bahwa tindakan lebih diutamakan
daripada sekadar berkata-kata.
Hari ini kita
tidak sedang liburan. Mungkin ini adalah salah satu cara tuhan untuk
mengingatkan kita bahwa dunia sementara sakit. Perselisihan, ketidakadilan dan
bencana alam telah terjadi dimana-mana. Atau mungkin saja Tuhan mengingatkan kita
bahwa kita sedang mengidap penyakit hati. kepedulian hanya sekadar di dunia maya,
terlalu apatis dan terlalu mengejar dunia. Kita memang perlu belajar untuk
isolasi mandiri. Maksudnya bahwa perlu evaluasi diri, membenahi diri, mengawasi
diri sendiri untuk menjaga perilaku dan perkataan untuk tidak menyakiti orang
lain.
Mungkin kita
juga harus belajar untuk 'social media distancing'. Seperti pengakuan Pak
Bima Arya wali kota Bogor yang positif terinfeksi virus Covid-19, “Virus ini
menyerang hati dan jiwa sebelum pernapasan dan paru-paru. Gua merasa baikan setelah
‘social media distancing’ hari kedua
di RS. Sosmed itu ICU Raksasa. Runtuh
mental semua orang kalau digempur berita Covid-19. Drop imunitas,”
Kita memang perlu
memiliki pengetahuan yang cukup agar kita tahu apa yang harus kita lakukan. Namun
untuk imun yang kuat kita perlu mental yang kuat, hal ini menuntut kita untuk
berpikir posisitif. Mengkonsumsi berita yang cukup dibutuhkan kebijakan dan
perilaku yang dewasa dalam menggunakan sosial media.
Semoga pandemi
ini tidak berlangsung lama. Memutuskan rantai penyebaran virus mematikan ini
sangat perlu kita lakukan, namun tidak dengan memutuskan virus-virus kebaikan. Terus
berbuat amal kebaikan, menerapkan pola hidup sehat dan melakukan aktivitas yang
bermanfaat. Kita semua perlu terjaga dan kita semua perlu pulih.
Umar pernah
berkata “Ajaklah seseorang kapada islam tanpa melalui kata-kata.” Lalu mereka
bertanya, “Bagaimanakah caranya..?” kemudian beliau menjawab, “Dengan Akhlakmu.”
Marilah kita
saling mengingatkan, terus bertabayyun dengan melihat proses yang terjadi. Dan
marilah kita bersama-sama bermuhasabah.
*Tulisan ini hanyalah sebuah proses muhasabah dan tabayyun dari penulis.
Sesungguhnya semata-mata kebenaran berasal dari Allah Swt. dan kekhilafan
berasal dari penulis